Jalan Sunyi Peneliti

Sampul Depan
Deepublish, 4 Okt 2018 - 187 halaman

Indonesia di masa yang sama juga hampir mampu berkontribusi bagi dunia ilmiah internasional dengan sangat radikal. Alfred Russel Wallace seorang Amerika nyaris menerbitkan karyanya tentang evolusi yang diperoleh dari studi keanekaragaman hayati di hutan-hutan tropis di Indonesia sebelum Charles Darwin. Sayangnya, keasyikannya pada

keindahan flora dan fauna Indonesia membuatnya tertunda dalam memublikasikan karyanya dan dasar-dasar teori evolusi akhirnya diletakkan oleh saingannya, Darwin, yang meneliti di kepulauan Galapagos, Pasifik Timur. Kasus Wallace merupakan sebuah kasus yang menunjukkan sebuah dilema besar seorang peneliti: apakah ia harus

kembali ke meja dan menulis temuannya secara sistematis untuk kemanusiaan, atau tetap berada di alam dan menikmati keindahan yang ditawarkan negeri ini untuk dirinya sendiri. 

SEKARANG kemana peneliti Indonesia? Walaupun negeri ini adalah lahan penelitian yang subur, para peneliti kita hanya riuh rendah dalam latar belakang ilmiah global. Jika kita berkaca dari kacamata teori institusional, wajar jika kita tak terlalu mencolok. Para peneliti Indonesia adalah pemain yang datang belakangan. Walaupun Indonesia kaya dengan latar ilmiah, latar tersebut tenggelam di latar belakang jauh sebelum kemerdekaan. Sementara Raffles, Wallace, dan Dekker sibuk meneliti, bangsa Indonesia masih bergelut dengan mitos tentang hantu dan roh yang menghuni objek-objek ilmiah mengagumkan, keterlenaan akan kekayaan alam yang disediakan tanah, air, dan udara negeri ini, dan jika tidak, oleh penderitaan sistemik dari sistem kolonialisme yang menyedot tenaga dan darah bangsa. Akibatnya, ketika bangsa lain telah jauh berjalan dengan capaian-capaian ilmiahnya, para peneliti Indonesia baru saja belajar bagaimana cara meneliti yang baik dan bagaimana memublikasikannya ke dunia internasional.

Buku Jalan Sunyi Peneliti ini diterbitkan oleh penerbit deepublish dan tersedia juga versi cetaknya.

Tentang pengarang (2018)

Dr. fahmi Idris, S.E., M.H., tidak hanya dikenal sebagai seorang pengusaha, tetapi dikenal juga sebagai politisi, yaitu politisi senior Partai Golkar. Dua Profesi itu dijalani sambil menyelesaikan studinya yang diselingi disana sini dengan masa suti kuliah, hingga pada saatnya berkahir juga masa cuti kulia tersebut tahun 201., ketika Promosi Doktor pada ujian terbuka di Universitas Negeri Jakarta dalam bidang ilmu Manajemen, Konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia. Sebelum itu Fahmi Idris mengikuti studi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta (1962-1969) serta di Fakultas Ekonomi Universitas Islam As_Syafi'iyah, Jakarta (1999-2004) pada skala 1, Studi kemudian dilanjutkan di S2 Fakultas hukum Jurusan Hukum Bisnis Universitas Padjadjaran Bandung (2008-2010). Penyandang Bintang Mahaputra Adipradana ini pun kini menjadi dosen Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

Informasi bibliografi