Henk Ngantung: Saya Bukan Gubernurnya PKI

Sampul Depan
Deepublish, 13 Des 2017 - 181 halaman

 SEJARAH bukanlah hitam dan putih. Keberpihakan pun bukan didasarkan hanya pada satu narasi, namun beberapa sudut pandang yang terjadi karena konteks, latar belakang, kepentingan, dan juga tujuan. Dalam beberapa hal, keingintahuan menjadi pintu pembuka atas narasi-narasi yang berbeda bahkan bertolak-belakang. Kebenaran toh tidak mutlak menjadi milik yang menang, pihak terkalahkan pun memiliki kebenarannya sendiri.

Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam sejarah berdirinya Indonesia adalah pihak yang terkalahkan dan jejaknya dihilangkan oleh mereka yang mengklaim sebagai pemenang dalam peradaban di Indonesia ini. Peristiwa kelam yang memuncak di tahun 1965 menjadi alasan pembenar untuk tidak saja menghilangkan nyawa namun juga bahkan satu iota kebaikan maupun cita-cita mulia PKI dengan underbouw-underbouwnya. Catatan negeri ini setelah masa 1965 seolah-olah merupakan hal yang suci di satu sisi dan hal menjijikkan di sisi yang lain. Benarlah jika memang dibutuhkan peran antagonis untuk membangun karakter sebuah cerita. Peran antagonis itu di masa sekarang (dan entah sampai kapan) masih diserahkan perannya pada PKI dan organisasi-organisasi di bawahnya. 

Buku Henk Ngantung : saya bukan gubernurnya PKI ini diterbitkan oleh penerbit deepublish dan tersedia juga versi cetaknya.

Informasi bibliografi