Amba: Sebuah NovelGramedia Pustaka Utama, 9 Jan 2014 - 578 halaman """Tahun 2006: Amba pergi ke Pulau Buru. Ia mencari seorang yang dikasihinya, yang memberinya seorang anak di luar nikah. Laki-laki itu Bhisma, dokter lulusan Leipzig, JermanTimur, yang hilang karena ditangkap pemerintah Orde Baru dan dibuang ke Pulau Buru. Ketika kamp tahanan politik itu dibubarkan dan para tapol dipulangkan, Bhisma tetap tak kembali. Novel berlatar sejarah ini mengisahkan cinta dan hidup Amba, anak seorang guru di sebuah kota kecil Jawa Tengah. """"Aku dibesarkan di Kadipura. Aku tumbuh dalam keluarga pembaca kitab-kitab tua."""" Tapi ia meninggalkan kotanya. Di Kediri ia bertemu Bhisma. Percintaan mereka terputus dengan tiba-tiba di sekitar Peristiwa G30S di Yogyakarta. Dalam sebuah serbuan, Bhisma hilang selama-lamanya. Baru di Pulau Buru, Amba tahu kenapa Bhisma tak kembali. Dan mati. ""Cukup lama saya merindukan kehadiran novel Indonesia yang bukan hanya bualkhayal, melainkan novel yang cerdas dan bernas, yang sekaligus memenuhi kesebandingan antara estetika dan informasi. Sungguh bahagia saya membaca Amba, karena karya Laksmi Pamuntjak ini telah meredakan kerinduan saya. Inilah novel Pulau Buru yang sebenarnya. Pulau Buru tak sekadar menjadi tempat mencatat, tapi hadir sebagai latar di mana peristiwa berkecamuk dramatis dalam kelindan alam dan budaya yang magis. Dikisahkan dengan bahasa yang plastis dan cermat, didukung referensi dan hasil riset yang luas serta observasi lapangan yang jeli, menyebabkan novel ini tak hanya menggugah gairah saya dengan dunia penuh drama dan petualangan menakjubkan, tapi juga memberi banyak pengetahuan baru yang berharga."" - Sitok Srengenge; Penyair, Novelis, Esais ""Dengan kekuatan diksi yang memukau, Laksmi Pamuntjak menghadirkan kisah cinta kolosal sekaligus menyentuh. Tak hanya romansa, banyak jendela sejarah dan pembelajaran hidup yang terkuak dalam buku ini."" - Dewi Lestari; Penulis Buku Bestseller ""Sebuah kisah cinta memukau yang dituturkan secara anggun dan penuh gairah oleh salah seorang penulis paling cerdas dari generasinya, berlatar sejarah yang paling ditabukan di tanah airnya sendiri."" - Ariel Heryanto; Associate Professor of Indonesia Studies dan Head of Southeast Asia Centre, The School of Culture, History and Language, Australian National University ""Novel ini membayurkan yang khayali dan yang bayan dengan cara yang sangat indah dan cerdas. Amba juga merupakan bagian dari 'perjuangan melawan lupa' akan luka sejarah bangsa ini yang tak kunjung pulih."" - Amarzan Loebis; Penyair, Senior Editor Tempo, Eks-Tahanan Politik Tefaat Buru""" |
Isi
8 | |
15 | |
17 | |
Puing | 38 |
Resi | 62 |
Amba Bhisma Salwa 19561965 | 83 |
Camar | 85 |
Salwa | 113 |
Lelaki Ketiga | 335 |
Pamit | 356 |
Samuel Amba FebruariMaret 2006 | 365 |
Lambelu | 367 |
Orang Pintar | 432 |
Kebenaran | 446 |
Kerelaan | 460 |
TahunTahun yang Hilang | 479 |
Kediri | 178 |
Tebing | 197 |
Wajahmu Seperti Kesedihan Sebuah Kota | 243 |
Bumi Tarung | 272 |
Lenyap | 308 |
Amba Adalhard Yogyakarta 1965 | 333 |
Suratsurat dari Buru | 483 |
Merah | 544 |
Srikandi Samuel 2011 | 557 |
back cover | 580 |
Edisi yang lain - Lihat semua
Istilah dan frasa umum
Adalhard akhirnya Amba Ambalika Ambika Ambon anestesi bahkan Bapak begitu bercerita berpikir bersama bertanya beta Bhisma bilang blis boleh Bulik Bung Buru cerita cinta datang dengar diam Digita dirinya dokter duduk entah g K G g/K G g/KG h in g hing ig ita ingat ingin ital italp Jacko jadi jalan jauh jelas Kadipura kali kamar kamu katanya kecil Kediri kenal kenapa laki-laki lama Leipzig lelaki lis h Mahabharata malam Manalisa mata melihat membuat mencoba meng mengatakan merasa meski mulai mungkin Namlea ndak ngan nggak Nuniek orang-orang paling peduli perempuan pergi pernah polisi pulau Pulau Buru punya Rashad Rosa Luxemburg ruang saat sadar sakit Salwa sambil Samuel seakan sebelum sebuah sedikit selalu semakin seolah Serat Centhini sering seseorang sesuatu Srikandi Srimulat suara Sudarminto Suhadi tampak tapol terjadi tersenyum tetap tiba-tiba ublis h Unit Untarto Waeapo wajah wajahnya yakin Yogya Zulfikar