Menjadi Kaya Raya dengan Lada: Teknik Budidaya Lada Kualitas Ekspor

Sampul Depan

Indonesia, juga Malaysia di samping Vietnam, negara penghasil lada terbesar dunia saat ini. Jenis tanah dan suhu sangat kondusif bagi tumbuh-kembang dan budidaya tanaman yang aslinya ditengarai dari Asia Selatan, India ini. Habitat aslinya adalah hutan- hutan lembab, hangat, serta gembur di kaki bukit atau daerah pasir bebatuan pinggir sungai.

Pada abad ke-6 M, tanaman lada dibawa ke Nusantara oleh para saudagar India melalui Selat Sunda. Di pesisir Selat Sunda, terutama di daerah Ban- ten, lada mulai dibudidayakan, hingga menyebar ke berbagai negeri, termasuk Lampung dan Borneo.

Oleh karena berasal dari India, salah satu jenis lada favorit sekaligus sangat cocok untuk jenis tanah dan suhu Indonesia ialah lada jenis india. Selain lekas berbuah, hanya 8 bulan setelah tanam, lada india lebat lagi kuat terhadap hama dan penyakit. Satu batang usia tiga tahun ke atas jika dirawati baik dan benar, produksi lada berpotensi lebih dari 3 kilo- gram, sementara harga per kilo antara Rp65.000,00- Rp100.000,00.

Selain sebagai bumbu penyedap masakan, sekaligus pembangkit gairah makan, lada juga bermanfaat sebagai obat tradisional. Di Eropa, lada sangat digemari karena selain sedap, juga menghangatkan. Lada hitam kerap disuling untuk diambil minyaknya sebagai campuran minyak wangi. Tanaman ini jarang jatuh secara drastis nilai ekonomisnya dari waktu ke waktu dan diperkirakan tetap menjadi salah satu primadona komoditas unggulan ekspor.

Bagaimana membudidayakan lada?

Buku ini mengupasnya tuntas. Mulai dari menentukan lokasi hingga memilih bibit. Dari memelihara sampai panen. Dari menjadikannya lada hitam atau putih hingga dijual menjadi uang. Dari tiada, menjadi ada. Hingga petaninya menjadi kaya.

Proses kreatif buku ini cukup unik. Mula-mula tidak terbetik niat menulisnya. Akan tetapi, pengalaman menjadi pelaku/petani lada, pada akhirnya mendorong hati dan tangan untuk mengabadikan serba sedikit pengetahuan mengenai kultivasi lada. Dengan harapan, semakin banyak orang tercelik, kemudian membudidayakannya secara benar sehingga hasil produksinya maksimal.

Tujuan setiap buku, sejauh yang saya mafhum dari membaca ratusan buku, bukan pertama-tama membuat pembaca pintar. Akan tetapi, tujuan utama buku adalah: menginspirasi. Seperti dikemukakan Ralp Waldo Emerson, “Books are for nothing but to inspire.”

Tentu saja, pembahasan topik tidak bisa terlam- pau detail. Tujuannya, agar dipahami dasar-dasar sebagai bekal, sekaligus tuntunan praktis. Selebihnya, buku ini diharapkan menginspirasi. Oleh karena itu, penyajiannya ringan, mengalir, menggunakan bahasa sehari-hari yang dimengerti awam, bukan teknik imiah. Bahkan kerap di dalam menyampaikan pesan dengan cara berkelakar.

Semoga Anda, pembaca, yang sudah dan akan terjun dalam usaha kultivasi lada, benar-benar seperti sumpah saya: menjadi kaya!

Informasi bibliografi