Kongres Perempuan Pertama: Tinjauan Ulang

Sampul Depan
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 1 Apr 2007 - 256 halaman

"Orang perempoean sadja kok mengadakan Congres, jang hendak diremboeg disitoe itoe apa!", demikian ucapan yang di dengar oleh salah satu pencetus pada saat dia mau berangkat ke Kongres Perempuan pertama pada bulan Desember 1928. Ternyata, banyak sekali yang 'dirembug' dalam kongres yang berlangsung beberapa hari itu. Banyak hal penting yang diperjuangkan untuk kemajuan perempuan pada saat itu, bahkan di antaranya ada juga yang hingga kini masih sangat relevan, karena ada hal-hal yang sudah dibicarakan, namun sampai saat ini belum tercapai juga. Oleh karena itu penyelenggaraan kongres ini memang layak diakui sebagai titik awal gerakan perempuan yang sangat berarti.

Masalah-masalah yang 'dirembug' dalam pidato-pidato pada saat kongres tersebut, kemudian dituangkan ke dalam edisi khusus majalah Isteri yang merupakan salah satu prakarsa yang lahir pada kongres tersebut. Pada tahun 1993 Susan Blackburn menemukan fotokopi majalah tersebut di Perpustakaan Nasional di Jakarta. Susan merasa terpanggil untuk menerbitkan ulang isi majalah ini agar khalayak Indonesia baik tua maupun muda mendapatkan kesempatan untuk mengetahui masalah apa saja yang didiskusikan dalam Kongres Perempuan pertama di tahun 1928.

Teks-teks dalam majalah Isteri itu dengan seluruhnya dimuat dalam buku ini, baik dalam bentuk aslinya maupun dalam versi masa kini.

Buku yang ada di hadapan pembaca perlu disambut dengan semangat yang tinggi untuk melanjutkan perjuangan para aktivis perempuan di tahun 1920-an, yang mengawali pergerakan emansipasi di Indonesia. Hanya berselang beberapa bulan setelah ikrar Sumpah Pemuda dibacakan oleh para pemuda di tahun 1928, kaum aktivis perempuan menyelenggarakan suatu Kongres Perempuan yang pertama di Yogyakarta. (Dari kata pengantar Atas Hendartini Koesoemo Oetoyo-Habsjah.)

 

Edisi yang lain - Lihat semua

Istilah dan frasa umum

Informasi bibliografi