MEMBACA ANATOMI TUBUH: Sejumput Puisi Iwan Gunadi

Sampul Depan
Buku Seni, 30 Jul 2019 - 57 halaman

Dengan metafora tubuh beserta organ-organnya, Iwan Gunadi membisikkan keragaman dan keluasan kehidupan. Dia menyampaikan pengkhayatannya tentang banyak hal melalui telinga, mata, hidung, mulut, tangan, dada, perut, pusar, kelamin, kaki, dan seterusnya. Segera saja ironi, kontradiksi, dan paradoks kehidupan membayang di kepala kita.

 

Namun, boleh jadi, Anda hanya menangkap satu hal yang spesifik. Satu penggal pendek dalam perjalanan Indonesia. Satu babak tertentu dalam kehidupan manusia Indonesia. Sepotong religiusitas seorang Indonesia. Atau, bahkan, satu fase maskulinitas seorang Indonesia dengan berbagai problem yang dihadapi tubuhnya, termasuk relasinya dengan tubuh-tubuh lain. Semuanya serbamungkin.

 

Istilah dan frasa umum

Tentang pengarang (2019)

Iwan Gunadi lahir di Kuningan, Jawa Barat, pada 1969. Sebelum lulus dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta—sekarang Universitas Negeri Jakarta (UNJ)—hingga 2012 sempat mengajar di beberapa sekolah menengah dan sekolah tinggi. Selama 1996-2018, dia bekerja di media massa. Saat ini, sambil menggawangi Indonesia Literary Commmunity dan Buku Seni, dia tetap menulis untuk media massa serta menulis dan menyunting untuk perusahaan keuangan.

Khusus di bidang kesusastraan, sejumlah tulisannya dimuat di sejumlah buku, seperti Batas Diam Matahari (antologi puisi, 1996); Pemetaan Komunitas Sastra di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (1998); Sastra Kota: Bunga Rampai Esai Temu Sastra Jakarta (2003); Kalung dari Gunung (kumpulan cerpen, 2004); serta Komunitas Sastra Indonesia: Catatan Perjalanan (kumpulan esai, puisi, dan cerpen, 2008). Buku-buku karya tunggalnya: 5 Tahun KSI: Antara Badai dan Hujan Kreatif (2001) serta Komunitas Sastra di Indonesia: Antara Asap dan Cendawan (2012).


Informasi bibliografi