Tradisi pesantren: studi tentang pandangan hidup kyai

Sampul Depan
Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1980 - 192 halaman
2 Resensi
Ulasan tidak diverifikasi, tetapi Google akan memeriksa dan menghapus konten palsu jika konten tersebut teridentifikasi

Dari dalam buku

Apa yang dikatakan orang - Tulis resensi

Ulasan tidak diverifikasi, tetapi Google akan memeriksa dan menghapus konten palsu jika konten tersebut teridentifikasi
Ulasan Pengguna - Tandai sebagai tidak pantas

pesantren

Ulasan Pengguna - Tandai sebagai tidak pantas

Judul Buku : Tradisi Pesantren ( Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya mengenai
Masa Depan Indonesia )
Penulis : Zamakhsyari Dhofier
Penerbit : LP3ES
Tebal Buku : 307
Buku dengan judul Tradisi Pesantren yang dikarang oleh Zamakhasary Zhofir adalah sebuah desertasi untuk memperoleh gelar Doctor dalam bidang Antropologi Sosial di Australian Bational University, Cambera, Australia pada tahun 1980. Disertasi yang mengupas tentang kehidupan Kyai tersebut disusun berdasarkan penelitiaan yang dilakukannya sejak bulan September 1977 sampai dengan bulan Agustus 1978 di dua pesantren, yakni Pesantren Tebuireng Jombang dan Pesantren Tegalsari Salatiga.
Penulis mengemukakan alasan pemilihan pesantren Tebuireng yang mewakili pesantren kota dan memainkan peranan dominan dalam hal pelestarian dan pengembangan tradisi pesantren di abad ke-20, serta menjadi supplier kepemimpinan pesantren seluruh Jawa dan Madura. Sedangkan pemilihan pesantren Tegalsari dianggap mewakili perkembangan pesantren di daerah jauh dari kota atau pedesaan.
Buku ini bersifat deskriptif dan analistis. Analisa menunjukan data etnografis yang lebih banyak lagi dan lebih imajinatif untuk memahami masyarakat dan kebudayaan manusia. Pendekatan yang tepat dalam memahami Islam di Jawa yakni dengan menggunakan pendekatan antropologi. Pendekatan Antropologi. Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkannya, sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai suatu sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi per­hatian terkait bentuk fisik dan kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia. Adapun Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.[1]
Ditinjau dari pengertian antropologi tersebut, obyek kajian dalam antropologi mencakup 2 (dua) hal yaitu :
1, Keanekaragaman bentuk fisik manusia
2, Keanekaragaman budaya/kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.
Amin Abdullah mengemukakan 4 ciri fundamental cara kerja pendekatan antropologi terhadap agama yaitu :
1. Bercorak descriptive, bukannya normative.
2. Yang terpokok dilihat oleh pendekatan antropologi adalah local practices , yaitu praktik konkrit dan nyata di lapangan.
3. Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai domain kehidupan secara lebih utuh (connections across social domains).
4. Comparative, artinya studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.[2]
Buku ini merupakan penolakan terhadap hasil kajian mayoritas sarjana Barat dan sebagian sarjana Indonesia yang selama ini memandang Islam Tradisional sebagai sebuah fenomena yang stagnan dan tidak sejalan dengan gelombang modernisasi di Indonesia. Obyek kajian buku ini memfokuskan perhatian pada Tradisi pendidikan Islam tradisional di mana pesantren memegang posisi sentral dan mengerucutkan perhatian pada pandangan Kyai dalam kehidupan kepesantrenan.
Sebagai langkah awal kajiannya, Dhofier menyusun beberapa preposisi yang diharapkan dapat menghantarkan kepada kerangka berpikir tulisannya. Preposisi tersebut antara lain:
1. Islam telah menyebar di Jawa melalui proses yang tidak mudah, penuh tantangan dan secara bertahap. Penyebaran Islam terjadi dalam 2 tahap di mana tahap awal yaitu pengislaman 90% orang Indonesia dari pertengahan abad ke-15 sampai abad 16. Sedangkan tahap kedua adalah tahap pemantapan atau penyempurnaan.
2. Pada masa pemantapan
 

Isi

Bagian 1
1
Bagian 2
16
Bagian 3
44

6 bagian lainnya tidak diperlihatkan

Istilah dan frasa umum

Informasi bibliografi