Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum

Sampul Depan
Deepublish, 10 Jun 2015 - 175 halaman

 Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa serta mayoritas penduduk di Indonesia adalah beragama Islam. Namun pendidikan agama (juga Pendidikan Agama Islam) di lembaga pendidikan umum termasuk pada Perguruan Tinggi Umum belum terdapat posisi yang diharapkan oleh sebagian kalangan. Hal ini terutama dalam sistem pembelajarannya, legitimasi dari lingkungan kampus, dan porsi jam mata kuliahnya. Walaupun tak dipungkiri adakala ditemui fasilitas dan berbagai kegiatan keagamaan Islam di kampus PTU. Misalnya tersedianya Masjid, laboratorium PAI, buku bernuansa agama Islam, ekstrakurikuler (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang bernuansa Islam, dan diadakan kegiatan keagamaan seperti pengajian. Ataupun bentuk kegiatan ilmiah dan formal yang bernuansa Islam, salah satu contohnya diadakan pembekalan keagamaan bagi mahasiswa baru saat dilaksanakan proses orientasi (OSPEK).

Buku Sistem pembelajaran pendidikan agama Islam pada perguruan tinggi umum ini diterbitkan oleh penerbit deepublish dan tersedia juga versi cetaknya.

 

Halaman terpilih

Isi

Bagian 1
1
Bagian 2
11
Bagian 3
33
Bagian 4
61
Bagian 5
62
Bagian 6
90
Bagian 7
95
Bagian 8
132
Bagian 9
133
Bagian 10
144
Hak Cipta

Istilah dan frasa umum

Tentang pengarang (2015)

 A. Rifqi Amin lahir di Kabupaten Kediri tanggal 02 November 1987. Jenjang pendidikan dasar ia tempuh di SD (tahun 1993-1999) dan di MTsN Kota Kediri 2 (tahun 1999-2002). Adapun jenjang Pendidikan menengahnya di SMA Kota Kediri (tahun 2002-2005). Kemudian, ia melanjutkan kuliah di STAIN Kediri (tahun 2005-2009) mengambil program studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Setelah wisuda, pada bulan Januari tahun 2010 ia diajak oleh salah satu kakak kelas kampus untuk ikut serta mendirikan Madrasah baru di lereng gunung Kelud, sekaligus dipercaya menjadi “wakil” kepala Madrasah. Demi menjaga  eksistensi dan  terjadinya   perkembangan  Madrasah, maka  sejak Juli 2010 (tahun  pertama pelajaran baru) penulis memutuskan masuk setiap hari ke madrasah selama dua setengah tahun. Hal tersebut dilakukan, tidak lain demi mengawasi sekaligus mengatasi permasalahan dan dinamika yang rentan muncul pada Madrasah baru.

Informasi bibliografi