Keyakinan dan Kekuatan: Seni Bela Diri Silat Banten

Sampul Depan
Yayasan Pustaka Obor Indonesia - 322 halaman

Banten, yang terletak di daerah barat Jawa, merupakan kancah dari inisiasi ritual bela diri silat, yang mengandung praktik pertarungan, terapi, tarian, musik dan teater. Inisiasi ini dipengaruhi oleh kemampuan tubuh yang diberikan oleh sistem sosiopolitik dan budaya yang silih berganti di daerah ini: kerajaan Hindu-Budha, kesultanaan Islam, jaringan perdagangan dan agama yang berasal dari Cina dan Timur Tengah. Kemudian, ciri-ciri ini menjadi pendasaran dari sistem silat lokal, yang bukan hanya mempunyai ciri khas Melayu tetapi juga menunjukkan ‘Kabantenanya’. ‘Kabantenan’ ini mengandung berbagai prinsip etika, budaya dan agama yang khas Banten dan mencakup berbagai variasi lokal.

Melalui studi banding lima aliran utama dari daerah ini, buku ini mendeskripsikan kosmologi dan sistem teknik dari kelompok inisiasi dalam konteks sejarah dan sosial-budaya Banten. Buku ini juga menceritakan secara terperinci perjalanan sesepuh pendiri, naskah pendirian perguruan, dan organisasi sosial-politiknya. Karya ini bisa jadi suatu alat untuk memahami lebih lanjut mengenai hal yang menjadi permasalahan di masa kini terkait dengan proses pengolahragaan, perubahan politik dan ekonomik di Indonesia dan juga persaingan dari sistem bela diri luar yang diangkat oleh media massa

 

Halaman terpilih

Istilah dan frasa umum

Tentang pengarang

Gabriel Facal adalah peneliti Antropologi sosial dan merupakan anggota dari Institut de recherches Asiatiques (Irasia, Marseille) juga Centre de recherches sur l’Asie du Sud-Est (CASE, Paris). Sudah puluhan kali dia terjun ke lapangan penelitian di Asia Tenggara, terutama di Banten, di mana dia menulis disertasinya tentang ‘orang kuat’ atau yang disebut dengan istilah jawara. Jawara adalah kepala otoritas lokal dan melalui posisi hierarki mereka di dalam organisasi inisiasi bela diri silatlah mereka memiliki pengaruhan politik yang utama.

Di karya post-doktoralnya, Gabriel Facal telah menjalankan studi banding dengan sistem inisiasi bela diri lain di dunia Melayu, terutama di Malaysia dan Brunei Darussalam. Dia melalukan penelitian ini berkat penguasaan bahasa Melayunya dan melalui keikutsertaannya di jaringan yang dia teliti. Juga, pengalamannya sebagai pesilat selama lima belas tahun telah memberinya kemampuan untuk paham lebih lanjut teknik-teknik silat dan klasifikasi dari perguruanya.

Informasi bibliografi